Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
1. Pengertian
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis menggabungkan interaksi antara sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Pembelajaran kooperatif dirancang berdasarkan kesadaran bahwa manusia adalah makhluk sosial. Karena satu sama lain saling membutuhkan, maka harus ada interaksi antar sesama agar manusia yang berbeda terhindar dari kesalahpahaman antar sesamanya.
Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa adanya interaksi antar pribadi. Lebih lanjut, belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang yang berhubungan dengan yang lain membangun pengertian serta pengetahuan bersama.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya. Adapun elemen dari pembelajaran kooperatif antara lain adanya : (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka,
(3) akuntabilitas individual atau tanggung jawab individu terhadap pemahaman materi, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Nurhadi,dkk 2004:60).
Didalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri, agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan dan interaksi antar siswa akan lebih intensif. Interaksi yang intensif dapat dipastikan komunikasi antar siswa berjalan dengan lancar. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari hasil pemikiran satu kepala. Melalui metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share ini, siswa akan lebih menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
Barba dalam Indrayati (2006:14) belajar kooperatif adalah strategi pembelajaran kelompok kecil yang digunakan untuk:
1) Meningkatkan kemampuan akademik melalui kolaborasi kelompok.
2) Memperbaiki hubungan antar siswa yang berbeda latar belakang etnik dan kemampuannya.
3) Mengembangkan keterampilan untuk memecahkan masalah melalui kelompok.
4) Mendorong proses demokrasi di kelas.
Nurhadi (2004:63) menyebutkan bahwa ada banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan. Rahayu (1998), menyebutkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Johnson menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif sebagaimana terurai berikut :
1) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
2) Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.
3) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan.
4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris.
6) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
7) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga dewasa.
8) Menghilangkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian atau keterasingan.
9) Meningkatkan rasa percaya kepada sesama manusia.
10) Meningkatkan keediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Nurhadi (2004:61) menyebutkan elemen-elemen dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:
1) Saling ketrergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal.
2) Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat saling bertatap muka, melakukan dialog tidak hanya dengan guru, tetapi juga sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar, sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
3) Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan.
4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik ide teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.
5) Proses kelompok
Siswa memprotes keefektifan belajarnya dengan cara menjelaskan tindakan mana yang dapat menyumbang belajar dan mana yang tidak, serta membuat keputusan ataupun tindakan yang dapat dilanjutkan atau yang perlu diubah.
0 komentar:
Posting Komentar