Minggu, 06 Oktober 2013

JENIS-JENIS PARAGRAF

JENIS-JENIS PARAGRAF BERDASARKAN LETAK KALIMAT TOPIK

1. Paragraf deduktif
Paragraf Deduktif adalah Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.

2. Paragraf Induktif
Paragraf Induktif adalah Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik.

Contoh: Sepanjang hari hujan turun dengan lebatnya. Air sungai mulai meluap. Di mana-mana terjadi banjir bahkan banyak pohon yang roboh dan tumbang. Rupanya musim hujan sudah mulai tiba.

3. Paragraf Campuran
Paragraf Campuran adalah Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik. Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.

Contoh: Buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Dengan buku orang bisa mengetahui ilmu dari berbagai belahan dunia. Dari buku pula kita bisa mendapat hiburan dan menambah pengalaman. Jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.

4. Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar
Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar adalah Paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas.

Contoh: Matahari belum tinggi benar. Embun masih tampak berkilauan. Warna bunga menjadi sangat indah diterpa sinar matahari. Tampak kupu-kupu dengan berbagai warna terbang dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Angin pun semilir terasa menyejukkan hati. 

KOMPENEN CTL (Contextual Teaching and Learning)

KOMPENEN CTL (Contextual Teaching and Learning)
1.   Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL. Dalam konstruktivisme pengetahuan siswa dibangun secara bertahap dan hasil yang diperoleh melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan yang diperoleh tidak hanya seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil dan diingat belaka, melainkan siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan tersebut barulah kemudian memberi makna melalui pengalaman yang nyata.
2.   Inquiry (menemukan sendiri)
Inquiry merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diperoleh dengan cara menemukan sendiri. Oleh sebab itu proses pembelajaran yang dirancang guru harus berbentuk kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Langkah-langkah pembelajarannya dimulai dengan merumuskan masalah, mengamati, menganalisis, dan mengkomunikasikan.
3.   Questioning (bertanya)
Questioning merupakan strategi yang utama dalam pendekatan kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru yntuk mendorong, membeimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa.
4.   Learning community (masyarakat belajar)
Learning community merupakan salah satu teknik dalam pendekatan kontekstual. Dengan tekhnik ini pembelajaran diperolah dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh melalui shering antar teman, antar kelompok dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Kegiatan ini akan terjadi bila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya dan tidak ada pihak yang menganggap dirinya yang paling tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
5.   Modeling (pemodelan)
Maksud dari pemodelan adalah pembelajaran dilakukan dengan menampilkan model yang bisa dilahat, dirasa dan bahkan bisa ditiru oleh siswa. Dalam praktiknya guru bukan merupakan satu-satunya model. Karena model yang disampaikan akan menjadi standar kompetensi yang akan dicapai, maka jika guru tidak mampu menjadi model jangan sekali-kali memaksakan diri. Guru dapat mendatangkan model dari luar. Model tersebut bisa dari siswa yang dianggap mampu, atau para pakar ke dalam kelas.
6.   Reflection ( refleksi)
Reflection adalah cara berfikir tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian , aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Tujuan dari kegiatan refleksi ini adalah untuk melihat sudah sejauh mana pengetahuan yang dibangun sebelumnya dapat mengendap di benak siswa. Oleh sebab itu kegiatan refleksi ini harus selalu dilakukan sebelum guru mengakhiri proses pembelajaran untuk setiap kali pertemuannya.
7.   Authentic Assessment (penilan yang sebenarnya)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Kegiatan ini perlu dilakukan guru untuk mengetahui dan memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar. Dan apabila dari hasil assessment ini diketahui siswa mengalami kesuliatan dalam menguasai kompetensi, maka guru harus segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.


sumber: dikutip dari berbagai sumber

Sabtu, 05 Oktober 2013

Pedoman penulisan dalam bahasa indonesia

1.    Pedoman yang dipakai sebagai acuan pada saat menyusun buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum 2006 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22/2006 tentang Standar Isi.
·         Kesesuaian antara Materi dan Waktu yang Tersedia
Pilihan atas buku teks pelajaran, sebaiknya, adalah teknis pelaksanaan di kelas. Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk mengajarkan materi tersebut. Jadi, harus dipertimbangkan pembagian jam pelajaran dengan materi yang akan disampaikan.
·         Masalah Membaca Cepat dan Membaca Memindai
Kemahiran membaca cepat (skimming) dan memindai (scanning) merupakan suatu kemahiran yang seharusnya terus dilatih dari satuan pendidikan SD hingga SMA. Seharusnya, kemahiran itu dapat diterapkan pada semua kegiatan membaca dari pelajaran pertama hingga pelajaran terakhir. Selain itu, kedua kemahiran itu selalu dapat diterapkan pada bacaan sastra maupun nonsastra.
·         Bahan Bacaan
Dalam setiap buku teks pelajaran bahasa Indonesia, ada kutipan bacaan. Jika diperhatikan dengan cermat, bacaan untuk siswa SD kelas 5 dan 6 dengan bacaan untuk siswa tingkat pendidikan SMP dan SMA tingkat kesulitannya sudah sama. Oleh karena itu, pada saat membuat buku, hendaknya guru memperhatikan tingkat perbedaan jumlah kata, pilihan kata, dsb.
·         Penyajian Materi Bahasa dan Sastra
Dalam setiap buku teks pelajaran bahasa Indonesia, materi kebahasaan dan materi kesastraan harus disajikan terpadu dan secara porposional. Artinya, harus seimbang. Kegiatan bersastra, pada dasarnya, merupakan kegiatan berbahasa. Jadi, membaca memindai dan membaca cepat dapat diterapkan pada saat membaca karya sastra.
·         Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar

Hal yang perlu diperhatikan oleh guru pada saat membuat buku teks pelajaran adalah panjang wacana bagi setiap tingkat pendidikan. Dalam membuat buku teks pelajaran, ada sebuah aspek yang perlu diperhatikan, yakni masalah keterbacaan. Keterbacaan adalah tingkat kemudahan suatu tulisan untuk dipahami maksudnya. Tingkat keterbacaan yang tinggi akan menambah kemampuan pembacanya dalam hal pemahaman, pembelajaran, penerimaan informasi, kemampuan mengingat, kecepatan membaca.