Kamis, 29 September 2011

Media Pembelajaran (pengertian dan fungsi)


1.      Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap (Arsyad, 2002).
Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Media dapat diartikan suatu perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar, sementara itu Briggs (1970) mempunyai pendapat bahwa media adalah segala alat yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (dalam Sadiman dkk., 2008). Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses terjadinya pembelajaran.
Santosa S. Hamidjojo (dalam Sihkabuden, 1999) memberikan batasan bahwa media adalah semua bentuk perantara yang dipakai penyebar ide, sehingga idea tau gagasan tersebut sampai pada penerima. Sementara itu Marshall Mc. Luhan (dalam Sihkabuden, 1999) berpendapat bahwa media merupakan suatu sarana atau saluran (channel) sebagai perantara antara pemberi pesan dan penerima pesan. Selanjutnya Blacks dan Horalsen (dalam Sihkabuden, 1999) berpendapat, media adalah saluran komunikasi atau medium yang digunakan untuk membawa/menyampaikan suatu pesan, di mana medium itu merupakan jalan atau alat dengan mana suatu pesan berjalan antara komunikator ke komunikan. Pemanfaatan media dalam proses pembelajaran memiliki tujuan agar proses penyampaian informasi dapat berjalan dengan baik sehingga tercapainya tujuan pembelajaran.
Pengertian media menurut AECT (Association of Education and Communication Technology) di Amerika adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi (dalam Sadiman dkk., 2008). Menurut Latuheru (1988) media adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi dari sumber kepada penerima).
Sedangkan istilah pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan pebelajar. Membelajarkan berarti usaha (pebelajar) dengan guru/pembelajar/pengajar, sehingga proses pembelajaran seperti ini adalah sebagai bagian proses komunikasi antar manusia (dalam hal ini yaitu pembelajar dan pebelajar). Meskipun dapat saja terjadi komunikasi langsung antara pebelajar  dengan bahan pembelajaran, di sana ada peranan media pembelajaran (Sihkabuden, 1999).
Jadi pengertian media pembelajaran secara singkat dapat dikemukakan sebagai sesuatu (bisa alat, bisa bahan, bisa keadaan) yang dipergunakan sebagai perantara komunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Jadi ada tiga konsep yang mendasari batasan media pembelajaran di atas, yaitu konsep komunikasi, konsep system dan konsep pembelajaran (Sihkabuden, 1999). Setyosari dan Sihkabuden (2005) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat atau sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran jembatan dalam kegiatankomunikasi antara komunikator (penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah alat perantara untuk pemahaman makna materi yang disampaikan guru baik berupa media cetak atau elektronik dan sebagai alat untuk memperlancar penerapan komponen-komponen sistem pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat bertahan lama, menyenangkan dan efektif.
Dalam mendesain pesan untuk suatu media, harus diperhatikan ciri-ciri atau karakteristik dari sasaran (umur, latar belakang sosial budaya, pendidikan, dan sebagainya) dan kondisi belajar yaitu faktor-faktor yang dapat menimbulkan semangat belajar. Dengan demikian media tersebut akan berhasil dalam membawakan pesan belajar yang ditandai oleh terjadinya perubahan tingkah laku atau sikap belajar pada siswa.
2.      Fungsi Media Pembelajaran
Kehadiran media pembelajaran sebagai media antara guru sebagai pengirim informasi dan penerima informasi harus komunikatif, khususnya untuk obyek secara visualisasi. Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam, khusunya konsep yang berkaitan dengan alam semesta lebih banyak menonjol  visualnya, sehingga apabila seseorang hanya mengetahui kata yang mewakili suatu obyek, tetapi tidak mengetahui obyeknya disebut verbalisme. Masing-masing media mempunyai keistimewaan menurut karakteristik siswa. Pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik siswa akan lebih membantu keberhasilan pengajar dalam pembelajaran. Secara rinci fungsi media memungkinkan siswa menyaksikan obyek yang ada tetapi sulit untuk dilihat dengan kasat mata melalui perantaraan gambar, potret, slide, dan sejenisnya mengakibatkan siswa memperoleh gambaran yang nyata (Degeng,1999:19).
a.       Media Pembelajaran Sebagai Alat Bantu Dalam Pembelajaran
Tentunya kita tahu bahwa setiap materi ajar memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada materi ajar yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada materi ajar yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud antara lain berupa globe, grafik, gambar, dan sebagainya. Materi ajar dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa. Tanpa bantuan media, maka materi ajar menjadi sukar dicerna dan dipahami oleh setiap siswa. Hal ini akan semakin terasa apabila materi ajar tersebut abstrak dan rumit/kompleks.
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran dengan bantuan media mempertinggi kualitas kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.
b.      Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar
Sekarang Anda menelaah media sebagai sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut berasal. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Media pendidikan, sebagai salah satu sumber belajar, ikut membantu guru dalam memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar oleh siswa, serta dapat memperkaya wawasan siswa
Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad,2002) ciri media pendidikan yang layak digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.      Fiksatif (fixative property)
Media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa/objek.
2.      Manipulatif (manipulatif property)
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
3.      Distributif (distributive property)
Memungkinkan berbagai objek ditransportasikan melalui suatu tampilan yang terintegrasi dan secara bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu.

Rabu, 28 September 2011

apa itu MENULIS ???

  Keterampilan Menulis
Menulis merupakan bagian dari keterampilan bahasa yang membutuhkan sebuah proses. Keterampilan menulis bukanlah keterampilan yang diperoleh secara otomatis, keterampilan itu tidak dibawa sejak lahir tetapi diperoleh melalui tindak pembelajaran (Maryamah, 2005). Dewasa ini kegiatan menulis banyak dikembangkan di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi karena dengan menulis dapat membantu seseorang berpikir lebih mudah dan maju.
Para ilmuwan jiwa budaya juga telah menemukan bahwa masyarakat yang buta huruf tertinggal jauh di belakang dengan masyarakat yang melek huruf, terutama dalam hal yang menyangkut keterampilan kognitif. Telaah mereka mendukung kesimpulan yang menyatakan bahwa keterampilan baca-tulis mendorong perkembangan intelektual seseorang (Enre, 1998:7). Menulis merupkan unsur penting dalam perkembangan bahasa, untuk mengetahui perkembangan penulisan yang dilakukan siswa guru biasanya melakukan pengukuran. Pengukuran keterampilan menulis dapat dilakukan dalam proses pembelajaran ataupun tujuan khusus diluar kegiatan belajar mengajar (Maryamah, 2005:31).
Depdikbud (dalam Maryamah, 2005:31) menetapkan beberapa rambu-rambu yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengukuran keterampilan menulis yaitu sebagai berikut:
1)      Belajar bahasa pada hakekatnya adalah belajar berkomunikasi, oleh karena itu pembelajaran menulis diarahkan pada kemampuan berkomunikasi secara tertulis.
2)      Pelaksanaan pembelajaran menulis sebaiknya disajikan secara terpadu terhadap aspek pembelajaran lain.
3)      Pembelajaran menulis harus mengakomodasi semua aspek bahasa mulai yang terkecil hingga yang terbesar yang diajarkan dengan prinsip mudah ke sukar, sederhana ke rumit, dan lingkungan yang sempit ke lingkungan yang luas.
4)      Pembelajaran menulis diarahkan pada upaya mempertajam kepekaan perasaan siswa termasuk dalam konteks analitik yang mendalam sehingga diharapkan mencapai proses berpikir dan bernalar.
5)      Butir pembelajaran menulis dalam kurikulum merupakan bahan yang disarankan untuk diajarkan namun dapat dikembangkan sesuai dengan situasi.
6)      Sumber belajar menulis dapat berupa buku pelajaran yang diwajibkan, buku pelajaran yang sesuai, buku pelengkap, ensiklopedi, kamus, media cetak, media elektronika, lingkungan sekitar, narasumber, pengalaman dan minat anak serta hasil kerja anak.
7)      Penilaian pembelajaran keterampilan menulis harus tetap megacu pada rambu-rambu umum yang memperhatikan berbagai aspek sesuai dengan jenis kegiatan menulis.

1  Pengertian Menulis
Menulis adalah penyampaian pesan dari komunikan yang tertuang dalam tulisan kepada reseptor. Kegiatan menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisanya serta menuangkannya dalam ragam bahasa tulis.
Kegiatan menulis melibatkan aspek pengolahan gagasan, penataan kalimat, pengembangan paragraf, serta pengembangan model karangan (Maryamah, 2005:24). Akhadiah, dkk (1988:8) manambahkan bahwa sebenarnya kegiatan menulis ialah suatu proses, yaitu proses penulisan. Untuk menulis suatu topik seseorang harus berpikir untuk menuangkan ide-idenya, menghubung-hubungkan barbagai fakta, membandingkan dan sebagainya. Sedangkan Enre (1988:7-8) menjelaskan salah satu tugas penting penulis adalah menguasai unsur-unsur pokok menulis dan berpikir yang akan banyak membantu dalam usaha pencapaian suatu tujuan. Unsur-unsur tersebut adalah penemuan, penataan, dan gaya.
Penemuan adalah proses didapatkannya ide yang akan dibicarakan dalam tulisan, sedangkan penataan dimaksudkan untuk menata ide-ide yang sudah ada sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Unsur gaya adalah proses penentuan pilihan mengenai struktur kalimat dan diksi yang dipakai dalam tulisan.

2  Tahapan Menulis
Menulis merupakan satu kegiatan yang terus menerus harus dibina karena menulis merupakan suatu proses. Karena proses tersebut menulis membutuhkan tahapan-tahapan dalam mencapai tulisan yang efektif yakni tulisan harus informatif dan komunikatif, sedangkan tulisan yang efektif tersebut harus memenuhi beberapa syarat. Syarat-syarat itu antara lain seperti yang diungkapkan oleh Parera (1982) antara lain penulisan meliputi (1) komponen pengamatan, (2) komponen kepedulian, (3) komponen pewajahan, (4) komponen kebahasaan.
Keterampilan menulis berbeda dengan keterampilan berbahasa lainnya, dalam pengajarannya pun harus melalui beberapa tahapan menulis yang terbagi atas beberapa tahap yaitu tahap prapenulisan (persiapan), penulisan, dan finalisasi. Banyak para ahli yang mengkaji proses penulisan, diantaranya yaitu Akhadiah, dkk (1988:2-3) membagi kegiatan menulis dalam 3 tahap yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Pada tahap prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yang akan mengarahkan penulis dalam seluruh kegiatan penulisan itu dalam tahap penulisan yaitu mengembangkan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian, sehingga selesailah buram (draft) yang pertama. Dalam tahap revisi yang dilakukan adalah membaca dan menilai kembali apa yang sudah ditulis, memperbaiki, mengubah, bahkan jika perlu mengubah tulisan tadi.
Senada dengan yang diungkapkan oleh Akhadiah, dkk, Mc. Crimmon (dalam Akhadiah, dkk, 1988:3) mengungkapkan juga bahwa kegiatan menulis terdiri dari tiga tahap penulisan yang diantaranya adalah 1) prapenulisan terdiri dari penentuan topik, penentuan tujuan, dan pemilihan bahan, 2) penulisan terdiri dari penyusunan paragraf dan kalimat, pemilihan kata, dan teknik penulisan, 3) revisi dengan kegiatan yaitu perbaikan buram pertama dan pembacaaan ulang.
Namun, Briton (dalam Mujianto, 2007:17) menjelaskan proses menulis meliputi konsepsi, inkubasi, dan produksi. Dalam langkah konsepsi penulis memilih topik dan membagi topik untuk menulis, pada langkah inkubasi penulis mengembangkan topik dengan mengumpulkan informasi, dan pada langkah produksi penulis menulis, merevisi, dan mengedit karangan.
Secara lebih rinci oleh Ellis (dalam Mujianto, 2007:17-18) membagi proses menulis kedalam empat tahap yaitu prewriting, drafting, revising, dan editing.

Bila diamati secara cermat tahapan diatas berproses secara mengulang, dapat dikatakan tahapan yang satu dengan yang lainnya saling terkait. Oleh karena itu, pada saat penulisan pada tahap berikutnya harus mengecek tahap sebelumnya.
Selanjutnya Tomkins (dalam Mujianto, 2007:19-20) mengemukakan ada 5 tahap menulis yang dirinci sebagai berikut:
Tahap 1 Pramenulis dengan rincian kegiatan:
·  Memilih topik
·  Mengumpulkan dan menyesuaikan ide
·  Mengidentifikasi pembaca
·  Mengidentifikasi tujuan menulis
·  Memilih bentuk yang sesuai dengan pembaca dan tujuan menulis
Tahap 2 Pengedrafan, dengan rincian kegiatan:
·  Menulis draf kasar
·  Menulis pokok-pokok yang menarik pembaca
·  Menekankan isi daripada mekanika
Tahap 3 Merevisi, dengan kegiatan:
·  Membagi tulisan pada kelompok
·  Mendiskusikan tulisan dengan teman
·  Memperbaiki tulisan dengan saran teman
·  Membuat perubahan substantif, bukan sekedar perubahan minor
Tahap 4 Menyunting, dengan rincian kegiatan:
·  Membaca ulang tulisannya
·  Membantu membaca ulang tulisan temannya     
·  Mengidentifikasi kesalahan mekanik dan membetulkannya
Tahap 5 Mempublikasikan, dengan rincian kegiatan:
·  Mempublikasikan tulisan dalam tempat yang tersedia
·  Membagi tulisan kepada teman sekelasnya
Namun, secara garis besar kegiatan menulis dapat disimpulkan terbagi dalam 3 kegiatan yaitu persiapan, penulisan, dan finalisasi.
2.1.3  Manfaat Menulis
Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan yang sangat berguna bagi setiap orang. Dengan keterampilan menulis seseorang dapat mengungkapkan berbagai gagasannya dalam bahasa tulis untuk dibaca dan diketahui orang lain. Enre (1988:6) memperinci manfaat menulis adalah sebagai berikut:
·        Menulis menolong kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui. Menulis suatu topik merangsang pemikiran kita mengenai topik tersebut dan membantu membangkitkan pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam alam bawah sadar.
·        Menulis menghasilkan ide-ide baru. Tindakan menulis merangsang pikiran kita untuk mengadakan hubungan, mencari pertalian dan menarik persamaan (analogi) yang tidak pernah terjadi seandainya tidak mulai menulis.
·        Menulis membantu mengorganisasikan pikiran kita, dan menempatkannya dalam suatu bentuk yang berdiri sendiri. Adakalanya kita dapat menjernihkan  konsep yang kabur atau kurang jelas untuk diri kita sendiri, hanya dengan menulis hal itu.
·        Menulis menjadikan pikiran seseorang siap untuk dilihat dan dievaluasi.
·        Menulis membantu kita menyerap dan menguasai informasi baru, kita akan memahami banyak materi lebih baik dan menyimpannya lebih lama jika kita menulis tentang hal itu.
·        Menulis membantu kita memecahkan masalah dengan jalan memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks visual, sehingga ia dapat diuji.
Akhadiah, dkk (1988:1) menambahkan keuntungan lain yang diperoleh dari keterampilan menulis adalah sebagai berikut:
1.      Kita dapat mengenali kemampuan dan potensi yang ada dalam diri.
2.      Kita dapat mengembangkan berbagai gagasan.
3.      Kita dapat memperluas wawasan karena kegiatan menulis memaksa untuk lebih banyak menyerap informasi yang berhubungan dengan topik yang kita tulis, baik secara teoritis maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
4.      Kita dapat mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat.
5.      Kita dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara lebih objektif.
6.      Kita akan lebih mudah memecahkan masalah karena dapat menganalisa masalah secara tersurat dalam konteks yang lebih konkrit.
7.      Menulis mendorong kita untuk belajar secara aktif, yaitu kita harus menjadi penemu sekaligus pemecah masalah.
8.      Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita untuk berfikir serta berbahasa secara tertib.
Untuk menghasilkan tulisan yang baik seperti yang dijelaskan diatas, dituntut untuk menguasai beberapa kemampuan sekaligus, yaitu menguasai isi karangan dan aspek-aspek kebahasaan serta teknik penulisan. Selain itu yang ditulis harus bersifat komunikatif. Pengetahuan-pengetahuan tersebut erat kaitannya dengan proses berfikir.