KOMPENEN CTL (Contextual Teaching and Learning)
1.
Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan
landasan berfikir pendekatan CTL. Dalam konstruktivisme pengetahuan siswa
dibangun secara bertahap dan hasil yang diperoleh melalui konteks yang
terbatas. Pengetahuan yang diperoleh tidak hanya seperangkat fakta, konsep,
atau kaidah yang siap diambil dan diingat belaka, melainkan siswa harus
mengkonstruksi sendiri pengetahuan tersebut barulah kemudian memberi makna
melalui pengalaman yang nyata.
2.
Inquiry (menemukan
sendiri)
Inquiry
merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan
kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diperoleh dengan
cara menemukan sendiri. Oleh sebab itu proses pembelajaran yang dirancang guru
harus berbentuk kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Langkah-langkah
pembelajarannya dimulai dengan merumuskan masalah, mengamati, menganalisis, dan
mengkomunikasikan.
3.
Questioning (bertanya)
Questioning merupakan
strategi yang utama dalam pendekatan kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran
dipandang sebagai kegiatan guru yntuk mendorong, membeimbing dan menilai
kemampuan berfikir siswa.
4. Learning community (masyarakat belajar)
Learning
community merupakan salah satu teknik dalam pendekatan kontekstual. Dengan tekhnik
ini pembelajaran diperolah dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar
diperoleh melalui shering antar teman, antar kelompok dan antara yang
tahu ke yang belum tahu. Kegiatan ini akan terjadi bila tidak ada pihak yang
dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya dan
tidak ada pihak yang menganggap dirinya yang paling tahu. Setiap pihak harus
merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau
keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
5. Modeling (pemodelan)
Maksud dari
pemodelan adalah pembelajaran dilakukan dengan menampilkan model yang bisa
dilahat, dirasa dan bahkan bisa ditiru oleh siswa. Dalam praktiknya guru bukan
merupakan satu-satunya model. Karena model yang disampaikan akan menjadi
standar kompetensi yang akan dicapai, maka jika guru tidak mampu menjadi model
jangan sekali-kali memaksakan diri. Guru dapat mendatangkan model dari luar.
Model tersebut bisa dari siswa yang dianggap mampu, atau para pakar ke dalam
kelas.
6. Reflection ( refleksi)
Reflection adalah cara
berfikir tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian , aktivitas, atau pengetahuan yang baru
diterima. Tujuan dari kegiatan refleksi ini adalah untuk melihat sudah sejauh
mana pengetahuan yang dibangun sebelumnya dapat mengendap di benak siswa. Oleh
sebab itu kegiatan refleksi ini harus selalu dilakukan sebelum guru mengakhiri
proses pembelajaran untuk setiap kali pertemuannya.
7. Authentic Assessment (penilan yang sebenarnya)
Assessment adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar
siswa. Kegiatan ini perlu dilakukan guru untuk mengetahui dan memastikan bahwa
siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar. Dan apabila dari hasil assessment
ini diketahui siswa mengalami kesuliatan dalam menguasai kompetensi, maka guru
harus segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa dapat menguasai
kompetensi yang telah ditetapkan.
sumber: dikutip dari berbagai sumber